Seorang anak muda Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dikisahkan mengalami momen luar biasa menjelang akhir hayatnya. Dalam kondisi sakit keras, ia dijenguk langsung oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Di momen penuh haru itu, Nabi duduk di sisi kepalanya dan mengajaknya untuk memeluk Islam.
Sang anak muda sempat melirik ke arah ayahnya yang juga hadir di ruangan itu. Tak disangka, sang ayah justru mendukung dan berkata, “Patuhilah Abu Qasim,”—yang merupakan julukan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Mendengar itu, anak muda tersebut akhirnya mengucapkan syahadat. Nabi pun keluar dari rumah itu sambil bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari api neraka.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan menjadi salah satu bukti betapa syahadat memiliki kekuatan luar biasa. Dengan satu kalimat itu, seseorang bisa selamat dari api neraka. Meski keikhlasan adalah urusan pribadi antara hamba dan Tuhannya, namun sabda Nabi menunjukkan bahwa masuk Islam adalah syarat mutlak keselamatan akhirat.
Dalam riwayat lain, Nabi صلى الله عليه وسلم menegaskan bahwa tak ada yang masuk surga kecuali jiwa yang muslim, meski sebelumnya adalah orang fasik. Hadis ini memperlihatkan pintu surga terbuka dengan satu syarat: Islam. Karenanya, umat Islam dianjurkan untuk menyampaikan dakwah dengan penuh doa agar mereka yang belum mengenal Islam bisa mendapatkan hidayah.
Tak hanya itu, dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan merasa qana’ah (cukup dengan apa yang dimiliki).” Sikap qana’ah inilah yang menjadi kunci syukur dan kebahagiaan sejati.
Umar bin Khattab juga menegaskan, “Kami adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam. Jika kami mencari kemuliaan dari selain Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” Perkataan ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dan disahihkan oleh Az-Zahabi.
Semua ini menjadi pengingat penting bagi umat Muslim akan nilai syahadat yang bukan sekadar ucapan, tapi juga jalan keselamatan dan kemuliaan di sisi Allah Subhanahuwataala.
Penulis: HAYYIL ZARKASI