Gak Cuma Ngomel, Cowok 23 Tahun Ini Langsung Kasih Solusi Masalah Sampah Indonesia!

Sampah di Indonesia masih jadi persoalan pelik yang enggak kunjung selesai. Bukan cuma soal buang sampah pada tempatnya, tapi juga bagaimana sistem dan kesadaran masyarakat berjalan seiringan. Jeremy Owen, anak muda berusia 23 tahun, berani angkat bicara soal ini dan bahkan ikut mencari solusi nyata. Bukan cuma peduli, Jeremy membuktikan bahwa generasi muda bisa ambil peran dalam perubahan lingkungan.

Jeremy mengenang masa kecilnya saat melihat lumpur Lapindo untuk pertama kali di usia 4 tahun. Desa-desa yang dulu hidup, kini berubah jadi lautan lumpur. Tiga kecamatan dan 17 desa terdampak, mencakup 1100 hektar wilayah. Tapi dari bencana itu, muncul sisi positif yang tak banyak orang tahu—tanggung jawab perusahaan, bantuan dari pemerintah, dan munculnya Pulau Lucy, wilayah yang kini jadi sumber ekonomi baru.

Obrolan soal lingkungan membawa Jeremy lebih dalam membahas isu sampah. Dari sosial media hingga edukasi langsung ke masyarakat, ia bersama timnya berusaha mengomunikasikan pentingnya pemilahan sampah. Ada hal-hal kecil yang sering dilupakan, seperti memisahkan botol plastik dari kertas, atau membuang baterai ke tempat khusus. Bahkan bank sampah sudah mulai berjalan, meski sistem end-to-end-nya masih rumit.

Bandingkan dengan Denmark, yang punya sistem pengelolaan sampah sampai 30 kategori berbeda. Di sana, edukasi sudah masuk lewat buku cerita untuk anak-anak. Di Indonesia, tantangannya bukan cuma regulasi, tapi juga komunikasi. Banyak aturan bagus, tapi gagal tersampaikan ke masyarakat. Akibatnya, kesadaran tak tumbuh maksimal.

Jeremy juga menyoroti potensi korupsi dalam pengelolaan dana lingkungan. Ia berharap ke depannya, sistem jadi lebih transparan dan pengawasan makin ketat. Semangatnya adalah membentuk budaya baru: sadar lingkungan dan bertanggung jawab dari diri sendiri. Karena, kata dia, “enggak ada superhero di masalah ini. Harus kita semua yang bergerak.”

Dari kasus Pandawara yang bersih-bersih sungai, tapi sehari kemudian sampah kembali, Jeremy menyadari satu hal: akar masalahnya bukan cuma di sampah, tapi sistem dan mindset masyarakat yang harus dibenahi bersama-sama.

Penulis: HAYYIL ZARKASI

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post