Jakarta – Di era digital, screenshot percakapan kerap dijadikan “bukti” dan konten viral. Namun, tahukah kamu bahwa tindakan ini bisa dikategorikan sebagai pengkhianatan jika dilakukan tanpa izin?
Dalam sebuah video yang diunggah akun @mesanhat, Syaikh Prof. Dr. Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily Hafidzhahullahu Ta’ala—seorang ulama besar—menegaskan bahwa membagikan percakapan pribadi, baik yang isinya positif maupun negatif, tanpa izin dari pihak yang diajak bicara, adalah perbuatan yang tidak beradab.
“Ini merupakan perbuatan khianat! Ketika seseorang melakukan percakapan dengan saudaranya lalu menyebarkannya kepada orang lain, maka ia telah melakukan pengkhianatan, kecuali apabila ia telah meminta izin,”
– Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily
Fenomena ini memang sering terjadi di media sosial. Banyak yang sengaja memajang chat pribadi untuk mendapatkan validasi, menunjukkan “siapa yang benar”, atau sekadar mencari perhatian.
Unggahan itu juga disertai sindiran menohok: “Kalau setiap obrolan pribadi discreenshot dan dibagikan ke publik, besok ngobrolnya pakai TOA masjid saja sekalian, biar langsung ramai viewers-nya!”
Netizen pun ramai-ramai memberikan dukungan terhadap nasihat tersebut. Mereka menyebut tindakan membagikan chat pribadi sebagai bentuk pelanggaran etika dan privasi.
“Share screenshot percakapan itu tidak beradab, karena seakan menjadikan setiap orang sebagai objek konsumsi publik demi validasi,” tulis unggahan akun @mesanhat. “Seperti membuka pintu privasi orang lain tanpa izin, demi memenuhi rasa haus akan perhatian.”
Adab bersosial media bukan hanya soal tidak menyebar hoaks, tapi juga menjaga privasi dan menghargai komunikasi personal. Yuk, bijak bersosmed!
Sumber: Instagram @mesanhat | Artikel lengkap: shahihfiqih.com