Pertemuan strategis terjadi di Jakarta saat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menerima kunjungan dari Menteri Industri dan Pertambangan Arab Saudi, Bandar AlKhorayef. Agenda pertemuan tak main-main—dua negara membahas penjajakan kerja sama lintas sektor industri yang berpotensi mengubah peta bisnis regional.
Salah satu topik utama adalah sektor pertambangan. Rencananya, skema kerja sama yang diusulkan adalah pembagian hasil tambang secara merata, 50:50. Anindya menilai, ini adalah langkah tepat mengingat Arab Saudi punya posisi strategis ke pasar Amerika dan Eropa, sementara Indonesia bisa jadi gerbang masuk ke ASEAN.
Tidak hanya pertambangan, peluang juga terbuka lebar di sektor industri halal, kecerdasan buatan (AI), hingga pengembangan UMKM dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Apalagi, kedua negara sering bersinggungan dalam urusan skala besar seperti ibadah haji, yang tentu butuh sentuhan industrialisasi.
Arab Saudi diketahui berinvestasi besar dalam sektor teknologi dan hiburan. Misalnya, investasi hingga USD 4 miliar hanya untuk intellectual property game. Tak ketinggalan, sektor olahraga pun jadi sasaran suntikan dana mereka. Ini menjadi sinyal bahwa kolaborasi di bidang AI bisa benar-benar terjadi.
Industri halal juga jadi bahasan serius. Keduanya sepakat, Indonesia dan Arab Saudi bisa menjadi kekuatan besar dalam produksi sekaligus ekspor produk halal ke kawasan ASEAN, Eropa, hingga Barat. Jika sinergi ini terwujud, bukan tak mungkin akan lahir poros ekonomi baru berbasis industri halal dan teknologi dari dua negara mayoritas Muslim ini.
Penulis: HAYYIL ZARKASI